BUDAYA BALI ->> Metatah (Manusia Yadnya)
Konsep : Budaya BALI "METATAH / MESANGIH"
Model : Putu Ruz & Kadek Adi
Lokasi : Margarana-Tabanan-Bali
Lokasi : Margarana-Tabanan-Bali
***
Metatah atau yang sering juga disebut dengan mesangih, mepandes adalah
kata lain dari upacara potong gigi yang dilakukan umat Agama Hindu di
Bali sebagai bentuk Upacara Manusia Yadnya. Upacara Metatah, mesangih
atau mepandes dilaksanakan oleh umat agama hindu dengan tujuan
menghilangkan atau mengurangi sikap buruk dari seorang anak yang baru
saja meranjak remaja, dimana bagi anak perempuan yang telah datang bulan atau mensturasi,
sedangkan bagi anak laki laki telah memasuki masa akil baliq atau
suaranya telah berubah, dengan upacara ini juga anak anak dihantarkan ke
suatu kehidupan yang mendewasakan diri mereka yang di sebut juga niskala.
Upacara Metatah ini dimana, 6 buah taring yang ada di deretan gigi atas
dikikir atau ratakan.Upacara ini merupakan suatu kewajiban adat
istiadat dan kebudayaan yang
masih terus dilakukan oleh umat Hindu di Bali secara turun temurun
sampai saat ini (kewajiban ini wajib dilangungkan atau dilaksanakan
oleh setiap orang tua yang memiliki anak-anak yang sudah mulai beranjak
remaja).
***
Adapun tujuan dari upacāra Mapandes dapat dirujuk pada sebuah lontar bernama Puja Kalapati yang mengandung makna penyucian seorang anak saat akil balig menuju ke alam dewasa, sehingga dapat memahami hakekat penjelmaannya sebagai manusia. Berdasarkan keterangan dalam lontar Pujakalapati dan juga Ātmaprasangsa, maka upacāra Mapandes mengandung tujuan, sebagai berikut:
- Melenyapkan kotoran dan cemar pada diri pribadi seorang anak yang menuju tingkat kedewasaan. Kotoran dan cemar tersebut berupa sifat negatif yang digambarkan sebagai sifat Bhūta, Kāla, Pisaca, Raksasa dan Sadripu yang mempengarhui pribadi manusia, di samping secara biologis telah terjadi perubahan karena berfungsi hormon pendorong lebido seksualitas.
- Dengan kesucian diri, seseorang dapat lebih mendekatkan dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa, para dewata dan leluhur. Singkatnya seseorang akan dapat meningkatkan Śraddhā dan Bhakti kepada-Nya.
- Menghindarkan diri dari kepapaan, berupa hukuman neraka dikemudian hari bila mampu meningkatkan kesucian pribadi.
- Merupakan kewajiban orang tua (ibu-bapa) yang telah mendapat kesempatan dan kepercayaan untuk menumbuh-kembangkan kepribadian seorang anak. Kewajiban ini merupakan Yajña dalam pengertian yang luas (termasuk menanamkan pendidikan budhi pekerti, menanamkan nilai-nilai moralitas dan agama) sehingga seseorang anak benar-benar menjadi seorang putra yang suputra.
- Hawa nafsu
- Rakus/Tamak/keserakahan
- Angkara murka/kemarahan
- Mabuk membutakan pikiran
- Perasaan bingung
- Iri hati/ dengki
**
Kegiatan saat upacara
- Pendeta atau orang yang terhormat dalam upacara ini minta restu di tempat suci, lalu anak anak atau remaja yang akan melaksanakan potong gigi dipercikan air suci/tirta, setelah itu mereka memohon keselamatan untuk melaksanakan upacara.
- Pendeta melakukan potong rambut dan menuliskan lambang lambang suci dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia, untuk meninggalkan masa kanak kanak ke masa remaja.
- Anak anak yang akan di potong giginya naik ke bale tempat pelaksaaan Mepandes dengan terlebih dahulu menginjak sesajen yang telah disediakan sebagai symbol mohon kekuatan kepada Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa).
- Setelah pemotongan gigi berlangsung, bekas air kumur kumur dibuang di dalam buah kelapa gading, ini bertujuan agar tidak mengurangi nilai kebersihan dan kesakralan dalam menjalankan upacara ini.
- Lalu dilanjutkan dengan melakukan penyucian diri oleh pendeta agar dapat menghilangkan bala/kesialan untuk menyongsong kehidupan masa remaja.
- Melaksanakan Mapedamel yang bertujuan sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih agar dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana, dalam mengarungii kehidupan di masa datang. Di saat melakukan upacara ini anak anak mengenakan kain putih dan kuning, memakai benang pawitra berwarna tridatu (merah, putih dan hitam) sebagai simbol pengikat diri terhadap norma norma agama, kemudian anak anak yang dipotong giginya mencicipi 6 rasa (pahit, asam, pedas, sepat, asin dan manis) yang mempunyai arti dan makna makna tertentu.
- Setelah proses mapedamel dilakukan, dilanjutkan dengan upacara Natab Banten, yang bertujuan memohon anugerah kepada Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai.
- Setelah proses upacara tersebut dilakukan dilanjutkan dengan Metapak, tujuan adalah memberitahukan kepada anak nya bahwa kewajiban sebagai orang tua dari melahirkan, mengasuh dan membimbing sudah selesai, diharapkan sang anak kelak setelah upacara ini menjadi orang yang berguna, sebaliknya si anak kepada orang tua nya menghaturkan sembah sujud ungkapan terima kasih sudah dengan susah payah berkorban jiwa dan raga untuk melahirkan mereka, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membimbing mereka menuju jalan yang baik dan benar sampai dewasa. (Ida Pandita Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi)
Camera Model : NIKON D5100
f/10 | 1/60 sec | 18 mm
ISO 1000
Flash On